Page 6 - JABAR_20250820
P. 6
Leisure
Leisure
Halaman 10 KAMIS, 1 AGUSTUS 2024
Halaman 6 RABU, 20 AGUSTUS 2025
Tradisi Gotong Rumah
di Majalengka
UASANA Desa Jatisura, Keca-
matan Jatiwangi, Kabupaten
SMajalengka, tampak meriah
pada Sabtu sore (16/8). Ratusan war-
ga berbondong-bondong berkumpul di
ruas jalan Jatiwangi-Ligung, bukan
untuk sekadar pawai biasa, melain-
kan untuk mengarak rumah bambu
berukuran besar dalam sebuah perhe-
latan yang dinamakan Festival Gotong
Rumah.
Pemandangan unik tersaji sejak
awal arak-arakan. Sejumlah ibu-ibu
dengan pakaian tradisional berwar-
na cerah berjalan berbaris sambil
membawa perlengkapan sederhana.
Beberapa di antaranya menyeimbang-
kan barang di atas kepala, bahkan
ada yang memikul pengeras suara un-
tuk mengiringi jalannya rombongan.
Senyum sumringah dan tawa renyah
menambah hangat suasana sore itu.
Tak kalah semarak, barisan bapak-
bapak tampak gagah memanggul hasil
bumi. Ada singkong, kelapa, hingga
umbi-umbian yang dibungkus rapi
dengan anyaman bambu. Mereka
melangkah penuh semangat, seakan
ingin menunjukkan bahwa hasil tani
masih menjadi napas kehidupan ma-
syarakat desa.
Namun yang paling menyedot per-
hatian adalah rombongan warga yang
bergotong royong mengangkat dua ru-
mah bambu berukuran besar. Dengan
kekuatan belasan orang, gubuk itu
dipanggul dan diarak sejauh setengah
kilometer. Sorak-sorai penonton di
pinggir jalan menambah meriah sua-
sana, seakan mendukung perjuangan
warga yang bahu-membahu memikul
rumah tersebut.
Tradisi ini bukan sekadar atraksi.
Festival Gotong Rumah digelar untuk korban peluru atau bom dari pasukan Festival Gotong Rumah kini menjadi satuan,” pungkas Dikdik. Gotong Rumah semakin meriah.
mengenang peristiwa wakare yang ter- Jepang akhirnya mengungsi ke Dukuh napak tilas sejarah sekaligus sarana Dalam festival memperingati HUT Pemandangan unik ini menjadi
jadi pada tahun 1943. Kala itu, warga Pusing, hanya beberapa ratus meter edukasi bagi generasi muda. Dengan ke 80 RI, dua rumah bambu diangkat hiburan bagi masyarakat. Anak-anak
Kampung Wates terpaksa meninggal- dari kampung asal. Uniknya, ada warga peragaan ini, anak-anak diajak mema- oleh belasan warga dan diarak di ruas hingga orang tua tumpah ruah di
kan rumah dan kampung halaman yang benar-benar memindahkan rumah hami bahwa leluhur mereka pernah jalan Jatiwangi–Ligung. Arak-arakan jalan untuk menyaksikan arak-arakan
mereka karena lokasi yang berdekatan mereka dengan cara digotong, sebuah menghadapi masa sulit, hingga harus menempuh jarak sekitar setengah rumah bambu yang jarang terlihat di
dengan konsentrasi tentara Jepang tradisi yang kini dihidupkan kembali. memindahkan rumah demi keselamat- kilometer dan menyedot perhatian era modern. Masyarakat melihat fes-
di Ligung, wilayah yang kini menjadi “Gotong rumah ini simbol perja- an keluarga. warga sekitar. tival ini juga menjadi media edukasi
Lanud S. Sukani. lanan leluhur kami. Saat berangkat “Supaya generasi penerus menge- Tidak hanya rumah bambu, sejumlah bagi generasi muda. Mereka berharap
Menurut cerita tokoh masyara- menggambarkan wakare, dan saat tahui bahwa karuhun kita pernah warga juga memikul hasil bumi seperti anak-anak mengenal sejarah lokal
kat Kampung Wates, Dikdik, wakare kembali menggambarkan warga yang sepahit itu. Semangat gotong royong singkong, kelapa, dan umbi-umbian. sekaligus menumbuhkan kembali
dilakukan atas inisiatif Kuwu Sayim. pulang setelah Jepang menyerah,” yang dulu jadi cara bertahan hidup, Mereka berjalan mengenakan pakaian semangat gotong royong yang diwaris-
Warga yang khawatir akan menjadi ujar Dikdik. sekarang bisa jadi cara menjaga per- tradisional, membuat suasana Festival kan leluhur. (Adim Mubaroq)
FOTO-FOTO TRIBUN JABAR/ADIM MUBAROQ
KONTEN MATERI IKLAN SEPENUHNYA MENJADI TANGGUNG JAWAB PEMASANG IKLAN