Articles

Pengembangan Strategi Pembangunan Green Growth Propinsi Jawa Barat

Selama lebih dari dua dasawarsa, Jawa Barat telah mengalami urbanisasi yang semakin meningkat dan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat yang mencapai 42,19 juta jiwa tersebut maka sebagai konsekuensinya kebutuhan akan sumberdaya alam sebagai sumber penghasil pangan, sandang, dan papan semakin meningkat pula.

Walaupun potensi sumberdaya alam Jawa Barat cukup besar namun laju peningkatan penduduk yang bertambah terus semakin lama akan mempengaruhi ketersediaan sumberdaya alam yang ada. Kawasan lindung Jawa Barat yang ditetapkan sebesar 45 % dari total luas wilayah Jawa Barat telah banyak mengalami perubahan alih fungsi lahan seperti lahan pertanian menjadi permukiman dan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya lainnya merupakan konsekuensi logis dari peningkatan jumlah penduduk.

Di sisi lain, Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki wilayah yang karena kondisi geografis dan geologisnya berpotensi besar mengalami bencana alam.  Bila pengelolaan dan pemanfaatan kawasan tersebut tidak dilakukan dengan bijaksana maka konsekuensinya akan terjadi kerusakan dan bencana lingkungan yang relatif lebih besar. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi topografi yang demikian berakibat kompleksnya permasalahan lingkungan yang terjadi.

 Salah satu ancaman permasalahan utama yang telah diidentifikasi adalah terjadinya fenomena perubahan iklim (climate change). Meski masalah ini pada awalnya dianggap sebagai permasalahan lingkungan global, namun ternyata dapat menyebabkan dampak lingkungan yang efeknya dirasakan pada skala regional dan bahkan lokal. Sebagai contoh, dari data tinggi curah hujan Kota Bandung tahun 2006-2010 (lihat Gambar 1), tampak bahwa telah terjadi pergeseran titik puncak tinggi hujan dari tahun ke tahun. Yang cukup mengejutkan, data tahun 2010 hingga bulan Maret ternyata menunjukkan bahwa ekstrim tinggi curah hujan menunjukkan trend yang masih terus meningkat (sementara di tahun-tahun sebelumnya, tinggi hujan “semestinya” sudah menunjukkan trend penurunan). Tidak heran bahwa pada bulan Maret 2010 ini seringkali terjadi bencana banjir di titik-titik rawan banjir di Cekungan Bandung. Hal ini perlu diwaspadai dalam rangka mengantisipasi bencana banjir di masa mendatang dan juga sebaliknya, mengantisipasi bencana ekstrim lainnya, yakni bencana kekeringan yang dapat pula mengalami peningkatan ekstrim yang dapat kita antisipasi untuk terjadi pada bulan-bulan Juli hingga September.

Dengan semakin terancamnya kawasan lindung, bertambahnya lahan, kualitas lingkungan hidup semakin menurun, bencana banjir dan longsor yang merenggut korban jiwa dan harta silih berganti dengan kekeringan yang mengakibatkan gagal panen terjadi setiap tahun. Dampak kerugian yang disebabkan oleh banjir, erosi dan hilangnya pasokan air akan jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang didapat dari ekstraksi sumber daya hutan tersebut. Permasalahan lingkungan di Jawa Barat seperti pencemaran air, udara, sampah serta kerusakan lingkungan lainnya secara garis besar diakibatkan sudah tidak sesuainya lagi daya tampung dan daya dukung lingkungan alam dengan berbagai aktivitas manusia di dalamnya.

Gambar 1 – Data Trend Tinggi Hujan di Cekungan Bandung

Sumber : Data dari BMKG – Analisis oleh BPLHD Jawa Barat, 2010
Catatan : Data tinggi hujan 2010 hanya hingga bulan Maret 2010

KONSEP GREEN GROWTH

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan sumber makanan, air bersih, tempat tinggal, sanitasi, energi, dan pelayanan kesehatan, maka tekanan dari pertumbuhan ekonomi terhadap kondisi lingkungan hidup semakin besar. Akibatnya, umat manusia menghadapi tantangan global untuk menemukan cara yang tepat agar ekonomi terus bertumbuh, meningkatkan kualitas hidup, namun juga dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam untuk kebutuhan masa depan.

Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, telah menyepakati persetujuan global untuk menghadapi tantangan tersebut, melalui pengembangan konsep pertumbuhan ekonomi berwawasasan lingkungan (environmentally sustainable economic growth) atau dikenal pula dengan sebutan “Green Growth”. (sumber: UN ESCAP, 2006).

“Green Growth” merupakan fokus kebijakan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang mengambil pendekatan rendah karbon (low carbon) dan inklusif secara sosial. “Green Growth” menekankan negara-negara untuk terus menumbuhkan tingkat ekonominya dan menekan tingkat kemiskinan, namun pada saat yang sama, juga tetap memperhatikan kondisi kerusakan lingkungan, isu perubahan iklim, dan deplesi sumber daya alam.

Selanjutnya, prinsip-prinsip dalam pencapaian sasaran “Green Growth” telah dirumuskan sebagai berikut:

  1. Sustainable consumption and production (demand-side management) : pengembangan kebijakan ke arah konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
  2. Greening business and markets : pengembangan kebijakan bisnis, industri, dan pasar yang ramah lingkungan
  3. Sustainable infrastructure : pengembangan kebijakan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan
  4. Green tax and budget reform : pengembangan kebijakan pajak lingkungan dan reformasi anggaran untuk lingkungan hidup
  5. Investment in natural capital : pengembangan kebijakan investasi yang lebih berpihak ke arah konservasi lingkungan (dari pada ke arah pengendalian pencemaran)
  6. Eco-efficiency indicators : pengembangan kebijakan implementasi eko-efisiensi di berbagai sektor pembangunan.

Untuk mencapai sasaran “Green Growth”, diperlukan adanya perubahan pendekatan pembangunan dari “grow first, clean up later”, menjadi ke arah pembangunan yang lebih bertanggung jawab untuk jangka panjang. Pemerintah dapat mempromosikan hal ini dengan memfokuskan proses pembangunan dengan penekanan pada isu-isu lingkungan dan sosial.

 Green Growth harus menjadi mesin utama pembangunan yang mampu mengarahkan berbagai sektor pembangunan menuju pertumbuhan yang lebih bersih, rendah karbon, dan berkeadilan sosial. Oleh karenanya, perlu ditekankan beberapa point penting di bawah ini.

  • Strategi GREEN GROWTH bukan “hanya” untuk “sektor” lingkungan. Lingkungan tidak diletakkan pada periferi pertimbangan penyusunan kebijakan tapi menjadi sentral dalam pengembangan kebijakan dan rencana di berbagai sektor pembangunan
  • Strategi GREEN GROWTH merupakan Rencana Besar yang Terintegrasi (Integrated Grand Plan) yang disusun melalui proses kolaboratif antara berbagai instansi pemerintahan, industri, akademia, dan masyarakat sipil
  • Strategi GREEN GROWTH harus menjadi pusat (center piece) pengembangan visi propinsi Jawa Barat menuju GREEN PROVINCE 2013

Integrasi Prinsip-Prinsip Green Growth ke Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

 Berdasarkan kondisi umum lingkungan hidup Propinsi Jawa Barat dan dokumen perencanaan eksisting Jawa Barat (RPJPD 2005-2023 dan RPJMD 2008-2013), maka diperlukan suatu upaya untuk memadukan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip Green Growth ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada nantinya output dari kegiatan ini adalah menghasilkan dokumen penyelarasan konsep-konsep Green Growth ke dalam dokumen perencanaan yang ada (dalam hal ini RPJMD 2008-2013), dan akan menjadi dokumen tambahan (supplementary) dari dokumen RPJMD Propinsi Jawa Barat 2008-2013

 Sesuai dengan dokumen tersebut, program-program yang direncanakan dalam RPJMD 2008-2013 terkait dengan pencapaian misi ke-4 adalah sbb.

 

Gambar 2.
Program-Program yang Direncanakan dalam RPJMD 2008-2013
(Sumber : dimodifikasi dari RPJMD Propinsi Jawa Barat 2008-2013)

 Berdasarkan RPJMD, jelas bahwa beberapa fokus program menuju keberlanjutan lingkungan hidup ditekankan pada:

  1. Program penambahan kawasan lindung
  2. Program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
  3. Program penanggulangan bencana alam (termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim)
  4. Program konversi energi kea rah energi terbarukan dan konservasi energi

 Dengan demikian, kerangka kerja pengembangan pola dan strategi Green Growth Propinsi Jawa Barat dapat digambarkan sebagai berikut.

 

Gambar 3

Green Growth sebagai “Development Engine” Propinsi Jawa Barat
(sumber: BPLHD Jabar, 2010)

 Pengembangan pola dan strategi Green Growth akan banyak diarahkan (driven) oleh isu perubahan iklim, yang mana akan menjadi isu lintas sektor (cross cutting issue) pembangunan di Jawa Barat. Oleh karenanya pola dan strategi pembangunan rendah karbon (Low carbon development) dengan mengambil model dari berbagai literatur (misal: OECD, 2009) atau berbagai studi kasus yang berhasil (success stories), seperti Korea Selatan (sumber: www.egg.go.kr), akan dijadikan acuan dalam pengembangan pola dan strategi Green Growth Propinsi Jawa Barat.

 Terkait dengan penanganan perubahan iklim, pemerintah RI telah berkomitmen untuk menargetkan penurunan emisi 26% secara volunter (0.048 giga ton) atau penurunan emisi 41% dengan bantuan luar negeri (0.030 giga ton). Amanat Presiden RI ini kemudian diterjemahkan ke dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) yang konkrit, terukur, dan dapat diimplementasikan terkait a) tindaklanjut COP 15/ Copenhagen Accord; b) target sasaran nasional penurunan emisi GRK tahun 2020.

 Selanjutnya, RAN menjadi acuan daerah dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) yang dapat diimplementasikan dan dilaksanakan oleh daerah. RAD yang disusun oleh Pemda Provinsi sesuai dengan RPJMD sebagai bentuk kontributor dalam pencapaian target penurunan emisi GRK berdasarkan RAN yang disesuaikan kondisi dan potensi sektor di provinsi masing-masing. Oleh karenanya, pola dan strategi Green Growth Jawa Barat ini nantinya akan menjadi acuan dalam penyusunan RAD Propinsi Jawa Barat, yang saat ini juga sedang akan disusun. Hal ini penting sehingga dapat menjaga keterpaduan perencanaan daerah secara umum dengan rencana penanggulangan perubahan iklim, yang mana memerlukan kontribusi dari seluruh sektor-sektor pembangunan di Jawa Barat.

 KESIMPULAN

Dengan akan disusunnya pola dan strategi pembangunan Green Growth Propinsi Jawa Barat, maka diharapkan dapat terselenggara proses pengembangan kebijakan, rencana dan program yang lebih efisien dan rendah karbon, disertai dengan berbagai proyek/aktivitas yang terintegrasi dalam rangka mitigasi gas rumah kaca, efisiensi penggunaan sumber daya alam, dan proses adaptasi terhadap fenomena perubahan iklim di Jawa Barat.

Selanjutnya, pengembangan pola dan strategi Green Growth ini diharapkan akan menghasilkan dampak sbb:

  • Berkembangnya pola dan strategi pembangunan Jawa Barat yang rendah karbon, efisien, mampu menciptakan lapangan kerja (green jobs) dan berkeadilan sosial
  • Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Jawa Barat
  • Meningkatnya kualitas lingkungan hidup menuju visi Propinsi Jawa Barat sebagai Green Province

REFERENSI

  • BPLHD Jawa Barat (2010) ”Pengembangan Konsep dan Implementasi Green Growth : Menuju Jawa Barat Green Province 2013” Bahan Presentasi Powerpoint
  • Green Growth Exhibition Korea, www.egg.go.kr
  • Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat No.09 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Propinsi Jawa Barat 2005-2025
  • Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat No. 02 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Barat 2008-2013
  • UN ESCAP (2006) ”Greening Growth in Asia and the Pacific”

Dibuat oleh: Eka Jatnika Sundana dan M. Rangga Sururi
Sumber: Buletin BPLHD Jabar Warta Lingkungan hidup Edisi 01/2010