Page 41 - IMagz Ed. 03
P. 41
berbagai pelatihan pengajaran BIPA, baik yang asing dirasa cukup sulit. Video lucu berdurasi satu
diselenggarakan PPSDK maupun lembaga lainnya. menit yang bisa membuat orang Indonesia tertawa
Selain itu, Itenas juga mengadakan in house training terpingkal-pingkal, justru membuat pembelajar BIPA
dengan mengundang ahli bahasa dari Universitas berkerut kening dan pengajar BIPA pusing tujuh
Padjadjaran, Dr. Wahya, M.Hum. untuk meningkatkan keliling dalam menjelaskan fitur kebahasaan maupun
kemampuan Bahasa Indonesia para pengajar di non-kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
program Darmasiswa Itenas. Apatah lagi menggunakannya untuk membantu
pembelajar BIPA meningkatkan kemampuan
Terlepas dari berbagai upaya ini, para pengajar kebahasaannya. Oleh karena itu, teks otentik tidak
Darmasiswa di Itenas masih menghadapi kesulitan bisa langsung digunakan untuk pembelajaran. Teks
terkait pengadaan media pembelajaran BIPA. jenis ini harus diolah dulu oleh pengajar sehingga
Padahal, media pembelajaran sangat penting untuk efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
membantu pengajar menyampaikan pesan yang telah direncanakan.
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa terhadap pembelajaran. Dengan adanya - Kesulitan lainnya yang ditemui ketika mencari media
media pembelajaran yang tepat, pembelajar yang pembelajaran BIPA adalah hampir tidak adanya media
asing dengan bahasa dan budaya Indonesia akan pembelajaran yang telah dikelompokkan sesuai
lebih mudah mempelajarinya. dengan tingkat kemampuan pembelajar. Biasanya
untuk pembelajaran BIPA acuan yang dipakai
Kesulitan dalam mencari media pembelajaran BIPA adalah Common European Framework of Reference
yang sesuai yang dirasakan sampai sekarang ini for Language (CEFR) yang membagi tingkat
adalah: kemampuan bahasa ke dalam enam kelompok:
A1 (beginner), A2 (elementary), B1 (intermediate),
- Sampai sekarang, media pembelajaran interaktif B2 (upper intermediate), C1 (advanced) dan
BIPA belum berkembang dengan optimal, sehingga C2 (proficiency). Selama dua tahun ini, peserta
sangat sulit mencari media siap pakai yang sesuai Darmasiswa yang mendaftar ke Itenas hampir
dengan konteks pembelajar BIPA. Lain halnya tidak memiliki kemampuan Bahasa Indonesia ketika
dengan media pembelajaran bahasa asing seperti datang ke Indonesia. Untuk berkomunikasi dengan
Bahasa Inggris yang begitu luar biasa banyak pengajar pun pada awalnya menggunakan Bahasa
tersimpan secara daring dan dengan mudah diakses Inggris. Namun ketika pembelajar asing ini tidak bisa
melalui mesin pencari semisal Google, media berbahasa Inggris, bahasa “Tarzan” bermain. Oleh
pembelajaran BIPA baik berupa audio, visual teks karena kemampuan awal yang bisa dikatakan nol,
dan gambar, maupun audio visual masih sangat pengajar Darmasiswa di Itenas cukup puas ketika
terbatas ketersediaannya di dunia digital. pada akhir program para peserta memiliki tingkat
penguasaan Bahasa Indonesia level B2. Yang sangat
- Ketika media belajar siap pakai terbatas terasa, justru media pembelajaran BIPA terutama
ketersediaannya, para pengajar BIPA biasanya untuk level basic user (A1 & A2) sangat sulit ditemui.
menggunakan teks audio, visual maupun audio- Bahkan video cerita rakyat berdurasi 10 menit yang
visual yang biasa dipakai oleh orang Indonesia dalam bagi anak-anak TK atau SD mudah dipahami, bagi
kehidupan keseharian misalnya lagu, berita koran orang asing dianggap terlalu cepat berbicaranya,
atau majalah, video yang bisa diakses melalui Youtube dan teksnya sangat padat dengan kata-kata yang
dan lain-lain. Teks jenis ini biasanya disebut teks tidak mereka ketahui.
otentik, dan di era serba digital ini teks otentik yang
dibuat oleh orang Indonesia dan dikonsumsi oleh - Yang terakhir, belajar bahasa tidak bisa dilepaskan
orang Indonesia juga dalam kehidupan keseharian dari belajar budaya bangsa pengguna bahasa
tersedia begitu banyak secara daring. Namun, tersebut. Terlebih lagi, tujuan pengajaran BIPA
kekurangan teks jenis ini adalah walaupun begitu tidak hanya sekedar menargetkan orang asing bisa
mudah dipahami oleh orang Indonesia, bagi orang berbahasa Indonesia, tapi juga mempromosikan
41