Page 42 - IMagz Ed. 03
P. 42
budaya termasuk kebiasaan hidup bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, media pembelajaran BIPA juga MUSEUM KAPAL PERANG
harus menonjolkan kebudayaan dan kebiasaan hidup
bangsa Indonesia yang bisa dipromosikan ke dunia
internasional. Hal ini membuat para pengajar BIPA PORTSMOUTH
harus sangat selektif memilih media otentik dan
sangat sensitif dalam memilah hal-hal yang justru
malah bisa memunculkan citra buruk di benak orang
asing. Misalnya, pernah salah seorang pengajar BIPA
mengajarkan teks naratif dengan menggunakan
media video tentang asal muasal Situ Bagendit. Cerita
yang bagi orang Indonesia biasa saja dan cenderung
taken for granted ternyata dipertanyakan oleh orang
asing. Dalam cerita tersebut dikisahkan ada seorang
penduduk yang kelaparan dan meminta makanan
kepada Nyai Endit. Namun Nyai Endit menyiramnya
dengan seember air. Kemudian ada serombongan
penduduk meminta air dari sumur Nyai Endit. Karena
kekikirannya, Nyai Endit mengusir mereka dan
menyuruh mereka mengambil di sungai yang cukup
jauh letaknya. Tiba-tiba salah seorang siswa bertanya;
“Kenapa para penduduk yang kekurangan air tidak
minta makanan saja kepada Nyai Endit supaya dapat
air?” Pertanyaan seperti ini cukup bisa membuat
para pengajar BIPA terdiam sejenak dan memikirkan
jawaban yang tetap dapat menjaga ketinggian
budaya bangsa.
Demikianlah kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi oleh para pengajar BIPA pada program
Darmasiswa ITENAS terkait dengan ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran yang
dapat secara efektif membantu pengajaran bahasa dan budaya Indonesia. Sesungguhnya
ITENAS dengan segenap sumber daya yang tersedia dapat membantu mengisi kekosongan
ini. Melalui penelitian-penelitian maupun aktivitas pengabdian masyarakat terkait dengan
desain media pembelajaran BIPA baik berupa audio, visual, audio-visual maupun simulasi,
prototipe produk bisa diujicobakan serta disebarluaskan penggunaannya pada para pengajar
BIPA atau lembaga-lembaga pelayanan BIPA baik di dalam maupun luar negeri. Lebih jauh
lagi, upaya penyediaan media pembelajaran BIPA ini tidak hanya berhenti pada desain, tapi
juga melibatkan penggunaan teknologi untuk membuat media BIPA semakin interaktif dengan
tidak meninggalkan ciri khas budaya lokal. Upaya-upaya ini dapat membantu pemerintah
dalam mencapai tujuan dari aktivitas diplomasi lunaknya di kancah internasional, serta menjadi
wujud nyata Itenas dalam berpartisipasi mengkomunikasikan bahasa dan budaya Indonesia
kepada masyarakat dunia.
[Levita D]
42 ITENAS MAGAZINE • APRIL 2019