Page 43 - IMagz Ed. 01
P. 43

GLOKALITAS ITENAS
            DUTA BANGSA DI


            BALIK LAYAR                               Sekilas Kisah Para Pengajar Bahasa Indonesia


                                                      untuk Penutur Asing (BIPA) Itenas


            Banyak orang beranggapan Duta Bangsa adalah orang-
            orang  yang  diutus  ke  negara  lain  oleh  pemerintah
            untuk melakukan misi kenegaraan. Ternyata, untuk
            menjadi Duta Bangsa tak harus terbang ke negeri yang
            jauh. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di negeri
            sendiri  untuk  menunjukkan  Indonesia  kepada  orang
            asing, di antaranya mengajarkan Bahasa Indonesia
            untuk Penutur Asing (BIPA).


            Mendikbud Muhadjir Effendy, saat Penutupan          Mengajarkan Bahasa Indonesia kepada orang yang
            Pembekalan Tenaga Pengajar BIPA untuk Luar Negeri   sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang
            di Sentul, Bogor pada 2017 silam mengungkapkan      bahasa Indonesia sampai pada level tersebut ternyata
            bahwa para pengajar BIPA tidak hanya mengajar       tidaklah mudah.  Apalagi salah satu peserta tidak bisa
            Bahasa Indonesia, tapi juga menjalankan sebuah misi   berbahasa Inggris, dan para pengajar BIPA di Itenas
            khusus, yaitu diplomasi lunak melalui bahasa. Bahkan,   tidak ada yang bisa Bahasa Arab.
            Muhadjir mengibaratkan para pengajar BIPA sebagai
            pasukan tempur yang melakukan penetrasi nilai-nilai   Selain bahasa pengantar, kendala yang dihadapi
            ke negara lain. Sejalan dengan niat pemerintah untuk   adalah adanya cara pandang yang berbeda terhadap
            menjadikan Bahasa Indonesia memiliki peranan yang   sesuatu karena perbedaan budaya. Misalnya, ada
            penting  dalam  pergaulan  antarbangsa,  Itenas  sejak   salah seorang peserta yang tidak pernah mau
            tahun 2017 membuka program BIPA, dengan program     menerima makanan yang disediakan para pengajar.
            Darmasiswa besutan Kemendikbud sebagai fokus        Sampai pada suatu ketika, karena tahu kebiasaan
            pertamanya. Darmasiswa sendiri merupakan beasiswa   mahasiswa tersebut yang suka menolak makanan,
            pemerintah RI yang diperuntukkan bagi mahasiswa     pengajar mewanti-wanti untuk tidak makan siang
            asing dari negara-negara sahabat untuk belajar      karena tema yang akan dibahas adalah tata cara makan
            bahasa Indonesia dan bidang studi lainnya pada      dan telah disediakan makanan untuk praktik. Peserta
            lembaga pendidikan tinggi tertentu di Indonesia.    diberi waktu 15 menit jeda untuk istirahat dan shalat.
                                                                Tapi, mahasiswa yang bersangkutan tidak kembali
            Menurut Corry Caromawati, S.S., M.A., salah seorang   sesuai waktu yang telah dijanjikan. Setelah ditunggu-
            inisiator program BIPA di Itenas Bandung, tak menutup   tunggu, mahasiswa itu mengatakan bahwa dia telah
            kemungkinan  ke depannya  program BIPA  di Itenas   makan siang di luar. Setelah diselidiki, ternyata
            akan semakin  beragam.  “Saat ini,  sedang disusun   mahasiswa tersebut beranggapan hanya orang yang
            program untuk keperluan kemitraan Itenas dengan     berkekurangan yang menerima pemberian. Jika tidak
            institusi luar negeri,” dosen tetap Itenas lulusan Iowa   dihadapi secara bijak, hal-hal seperti ini tentunya
            State  University  ini  menjelaskan.  Untuk  angkatan   akan  menimbulkan  konflik,  namun  tetap  menjadi
            pertama program Darmasiswa, Itenas menerima dua     pembelajaran dan pengayaan wawasan bersama.
            orang mahasiswa asing; Sam Park dari Amerika Serikat
            dan Ahmed Awadh Alruwaythi dari Arab Saudi.         Akhirnya,  mengajar BIPA  memang tidak  bisa hanya
            Sejak September 2017 hingga awal Mei 2018 kedua     mengajar bahasa. Seperti yang diungkapkan oleh
            mahasiswa tersebut belajar Bahasa Indonesia sampai   Arni Sukmiarni, S.S., M.Pd. yang merupakan salah
            Level B1 sesuai dengan standar Common European      satu  pengajar  BIPA,  meminimalisasi  gegar  budaya
            Framework of Reference (CEFR) for Languages.        di antara para peserta Darmasiswa juga merupakan

                                                                                            GLOKALITAS ITENAS  43
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48