Page 9 - IMagz Ed. 01
P. 9
Hal senada juga dinyatakan oleh Silvia Sukirman, Meski demikian, hal tersebut dapat diatasi secara
Ir. sebagai Ketua Tim Kurikulum Institut, yang optimal melalui komunikasi yang bersifat dialogis.
memaparkan secara ringkas bahwa perubahan
kebijakan kurikulum Itenas (Kurikulum 2017) dilakukan Prof. Meilinda Nurbanasari, S.T., M.T., Ph.D. sebagai
selaras dengan Permenristek Dikti nomor 44 tahun Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
2015 yaitu adanya SNPT (Standar Nasional Pendidikan Itenas Bandung yang bertangungjawab atas
Tinggi) Dikti yang lebih menekankan pada Capaian pelaksanaan kegiatan akademik di Itenas pun
Pembelajaran Lulusan (CPL) terkait dengan KKNI menyatakan bahwa alasan lain yang menyertai
dan terbagi menjadi 4 tujuan yang terintegrasi, yaitu perubahan pola pembelajaran Kewarganegaraan
Sikap, Keterampilan Umum, Keterampilan Khusus, dilatarbelakangi fenomena bahwa untuk menyikapi
dan Pengetahuan. Itenas menyadari bahwa Sikap perubahan zaman yang berdampak pada mahasiswa
dan Keterampilan Umum memerlukan pendekatan tidak dapat menerima pembelajaran hanya dalam
yang lebih khusus dalam pemberian materinya. Tahun model klasikal, namun perlu dibekali juga dengan
2011, Itenas menggunakan Kurikulum 2011 berbasis softskill kongkrit; adanya kedisiplinan, pengembangan
pada kompetensi, yang menguatkan kesadaran diri serta pengetahuan mengenai wawasan
bahwa mahasiswa perlu pembinaan sejak dini pada kebangsaan yang diberikan langsung dari para
komponen sikap dan kerja sama, sehingga kemudian pemangku kebijakan sebagai pemateri berkompeten
melahirkan Program Pelatihan Dasar 1-4, terdiri di bidang Pendidikan Kesadaran Bela Negara.
atas Pengembangan Diri, Pengembangan Relasi,
Pengembangan Kepemimpinan, dan Pengembangan Prof. Meilinda juga berpendapat, kegiatan ini dapat
Kewirausahaan. menjadi bentuk penyaluran energi mahasiswa baru
yang secara positif berpotensi untuk menguatkan
Standar Nasional Dikti yang memiliki tuntutan pembentukan karakter bangsa sejak dini sebagai
berkaitan dengan pembinaan sikap, kemudian generasi muda. Menurut beliau, tantangan terbesar
menginisiasi Itenas untuk mengintegrasikan capaian yang harus dihadapi saat ini adalah teknologi
pembelajaran lulusan tersebut dengan Mata Kuliah berkembang semakin pesat, mudah sekali
Kewarganegaraan dan Pancasila, menggunakan terkontaminasi, sehingga kesadaran ‘saring before
kombinasi model pembelajaran, yaitu melalui sharing’ perlu dilakukan, agar generasi muda menjadi
ceramah (30 %) dan Student Centered Learning/ persona yang tidak mudah terpengaruh, well-
kegiatan lapangan (70%). Materi matakuliah tersebut educated dalam merespon informasi. Generasi muda
memasukkan materi bela negara yang pada Indonesia perlu dibekali wujud kongkrit Bela negara
perumusannya dikuatkan dengan adanya kebijakan dengan perilaku kecendekiawanan untuk menghadapi
pemerintah yaitu mewajibkan pelaksanaan program ancaman-ancaman yang terselubung.
bela negara bagi setiap elemen masyarakat. Dalam
melaksanakan kegiatan ini, pertemuan antara sipil
dan militer memunculkan kecanggungan sendiri
karena ada perbedaan karakter satu sama lain, juga
persepsi orangtua merespon peralihan bentuk
kegiatan matakuliah ini yang awalnya menganggap
bahwa kegiatan ini adalah kegiatan militerisme.
9