Page 51 - IMagz Ed. 02
P. 51
Catatan GLOKALITAS ITENAS
Seorang Mahasiswa Pertukaran Pelajar
Oleh
Muhammad Faiz Al Rasyid Tisyadi
Setelah kurang lebih 15 jam perjalanan dengan
pesawat, saya sudah tidak sabar untuk menyapa
negara Hungaria dengan senyuman lebar, dan
‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’. Frase tersebut sungguh bahagianya diriku saat aku disapa balik oleh
tidak pernah memiliki arti yang begitu besar di mata sebuah konsep yang begitu asing bagiku sebelumnya,
saya sebelumnya. Frase tersebut dikumandangkan oleh yaitu salju. Gumpalan serutan es yang tebal dan
orang-orang di sekitar kita sebagai sebuah kalimat- begitu terang terkena pantulan sinar matahari terlihat
kalimat pendorong bagi kaum pelajar untuk menggugah begitu indah di mataku, seseorang yang memandang
semangatnya untuk mencari ilmu. Secara personal, saya fenomena ini untuk pertama kalinya. Tentu saja
menganggap kata-kata tersebut hanya memiliki arti bahwa salju tidak datang sendirian untuk menjemput, salju
kita sebagai manusia memiliki kewajiban untuk menuntut membawa teman dekatnya yaitu hawa dingin luar
ilmu sebanyak-banyaknya, dan menurut saya, anggapan biasa. Sebagai seseorang yang datang dari negara
tersebut termasuk benar, namun yang saya tidak pernah dengan iklim tropis, tentunya saya tidak biasa dengan
menyadari mengapa saya perlu menuntut ilmu dengan cuaca yang memiliki batas atas -5°C, tapi hal itu
skala sebesar itu. Mengapa saya harus berkelana ke negeri mengajarkan saya untuk beradaptasi.
Cina untuk menuntut ilmu?
Hungaria adalah negara yang asing bagi kebanyakan
Bumi ini adalah tempat yang luar biasa luas. Fakta orang, termasuk diri saya. Negaranya asing,
tersebut saya yakin semua orang tahu, namun hanya sistem transportasinya asing, penduduknya asing,
dengan cara berkelana dengan jarak yang amat segalanya asing bagi saya. Sulit bagi seseorang
sangat jauh anda baru bisa memahaminya. Anda tidak yang baru pertama kali menginjakkan kaki di negara
akan pernah benar-benar menyadari bahwa dunia ini untuk bisa beradaptasi dengan seketika karena
ini adalah tempat yang besar sampai anda melihat penggunaan bahasanya. Bahasa Inggris jarang
dengan mata anda sendiri seberapa kecilnya tempat digunakan di Hungaria, maka satu-satunya cara
tinggalmu dari jendela pesawat. Itulah hal pertama untuk berkomunikasi adalah dengan menggunakan
yang saya sadari dalam perjalanan ini, bahwa dunia ini bahasa magyar (sebutan untuk bahasa hungaria oleh
begitu besar, dan betapa banyaknya sisi dari dunia ini penduduk lokal), walaupun masih dalam tingkatan
yang belum saya alami, dan begitu banyak manusia dasar. Tentunya itu pun hanya sedikit memudahkan
yang tinggal pada sisi-sisi tersebut dengan akal dan saya dalam berkomunikasi. Saya teringat pertama kali
opininya masing-masing mengenai bagaimana dunia saya mengalami kesulitan ini, yaitu pada saat menaiki
ini bekerja. Walau meratapi fakta tersebut dapat kereta.
membuat seseorang merasa kecil dan insignifikan,
saya sebagai mahasiswa yang memiliki rasa penasaran Saya dan teman-teman saya bingung oleh sistem
yang tinggi merasa tergugah dengan kesempatan transportasi, dan seseorang dari Pakistan yang
untuk bertemu dan belajar bersama manusia-manusia kami belum kenal sama sekali datang dan dengan
pada penjuru dunia tersebut, untuk mengetahui apa tulusnya berkata ‘May I help you?’, lalu ia menjelaskan
yang saya tidak ketahui sebelumnya. Saya merasa bagaimana cara kerja transportasi tersebut dan
seperti mengupas sebuah penggalan dari buku yang bahkan menawarkan diri untuk mengantar kami
belum pernah saya sentuh sebelumnya. sampai ke tujuan.
51