Page 51 - IMagz Ed. 04
P. 51
dan menerima apa yang ada “saat ini” sepenuhnya. Ia lalu perlu untuk ditinggalkan, ketika kita tidak lagi memerlukannya.
menemukan kekuatan dan kedamaian hati untuk bertindak Kita bisa meninggalkannya dengan memasuki kesadaran kita,
sesuai dengan keadaan yang ada. yakni “saat ini”.
Orang yang hidup di “saat ini” tidak akan pernah merasa Sejatinya, kita adalah manusia. Kita bukanlah mahluk pekerja
susah. Ia akan sadar, bahwa hidup tidaklah perlu terlalu ngotot. atau mahluk berpikir. Bekerja dan berpikir hanya merupakan
Ia sadar akan aspek santai dan lucu dari kehidupan. Bahkan, bagian kemampuan dari diri kita. Kesadaran kita sebagai
ia bisa dengan sengaja merasa sedih, supaya bisa menikmati manusia lebih luas dan lebih besar daripada pekerjaan dan
kesedihan itu. pikiran kita. [JSD/ALTINAS] (… bersambung ke ‘Saat Ini’ - 2)
Ia juga sadar, bahwa kebahagiaan dan cinta yang sejati tidak
bisa dicari di luar sana. Keduanya ada di dalam hati manusia.
Cinta bukanlah perasaan, melainkan cara hidup “saat ini”. Ia Ditulis oleh Jonie Sarjono,
selalu ada. Tinggal kita saja yang mencoba untuk meraihnya. Alumni Teknik Industri Atenas angkatan 1979.
Anggota & admin group Altinas (Alumni TI Atenas 75-83),
Cinta dan kebahagiaan tidak pernah bisa hilang. Tidak ada yang Anggota Alumni Teknik Industri Atenas, &
bisa mengambilnya, karena ia ada di dalam hati setiap manusia. Anggota Ikatan Alumni (IA) Itenas Bandung.
Ketika orang hidup “saat ini”, maka otomatis dalam dirinya
cinta dan kebahagiaan akan muncul. Kesadaran akan “saat ini”
juga menghasilkan cinta dan kejernihan pikiran dalam hidup.
Ingat, penderitaan, kecemasan dan ketakutan akan muncul,
ketika orang meninggalkan “saat ini”. Ketika orang mengira,
bahwa masa lalu dan masa depan adalah nyata, maka ia akan
terjebak di dalam penderitaan. Pikirannya menjadi sibuk. Ia
akan menganalisis, memisahkan dan menilai. Hal seperti ini
menciptakan penderitaan.
Pikiran menciptakan penilaian. Penilaian lalu melahirkan keluhan
atau pujian. Keduanya sama saja, karena keduanya tidak berakar
pada “saat ini”. Keduanya lahir dari penolakan pada “saat ini”.
Ketika keadaan menjadi sulit, ada tiga hal, entah ubah situasinya,
terima atau tinggalkan. Mengeluh adalah tindakan sia-sia.
Terkadang kita harus belajar untuk hidup tanpa pikiran. Kita
harus belajar untuk menunda semua analisis dan penilaian kita.
Pikiran, analisis dan penilaian hanya digunakan seperlunya
saja untuk keperluan praktis, misalnya memasak, bekerja,
dan sebagainya. Ketika pikiran ditunda, yang muncul adalah
kesadaran. Kesadaran adalah “saat ini”, yakni sumber dari
segala kedamaian dan kebahagiaan manusia.
Masa lalu dan masa depan hanyalah alat yang bersifat sementara.
Kita perlu masa lalu, supaya kita bisa belajar dari apa yang telah
terjadi. Kita juga perlu masa depan, supaya kita bisa membuat
rencana kerja dan rencana hidup yang tepat. Namun, keduanya
51