Page 47 - IMagz Ed. 04
P. 47
no 5. Tidak hanya di surat kabar Jong Sumatra, Bung Hatta toko buku yang beliau kunjungi dan membeli buku.
juga menulis di Neratja, salah satu surat kabar perjuangan di Diantaranya adalah toko buku De Westerboekhandel
Indonesia kala itu. Hobi menulis Bung Hatta tetap berlanjut terletak di Rotterdam. Dari toko buku tersebut
hingga beliau bersekolah di Belanda, dari surat kabar Neratja beliau membeli buku-buku utama yang dipelajari di
beliau mendapat honorarium dari tulisan perjalanan beliau Handelshogeschool. Dengan toko buku tersebut juga
selama berkunjung ke Jerman, besarnya cukup lumayan pada beliau mengadakan perjanjian, bahwa buku-buku
saat itu sebesar f 50 (50 gulden) sekitar Rp. 350.000 saat ini. yang dibeli akan dibayar secara angsuran, setiap bulan
membayar f 10. Selain itu, beliau juga berlangganan
Perjalanan Bung Hatta selanjutnya adalah belajar ke Rotterdam, berbagai majalah ekonomi melalui perantara toko
Belanda. Awalnya, Bung Hatta akan belajar atas biaya paman buku tersebut. Toko buku lainnya yang beliau tuliskan
(Mak Etek Ayub). Tetapi, goncangan ekonomi menjatuhkan adalah toko buku Otto Meisner di Hamburg Jerman.
paman beliau dan beliaupun mengajukan beasiswa kepada Beliau bersama dua temannya selama liburan natal
Van Deventer Stichting. Permohonan itupun sudah terlambat, dan pergantian tahun (1921-1922) berkeliling dari
sehingga sampai sebulan berada di Belanda beliau belum Belanda ke Jerman dan Eropa Tengah. Saat sampai di
menerima beasiswa tersebut. Di Rotterdam Bung Hatta Kota Hamburg, beliau menyempatkan ke toko buku
bersekolah di Nederlands Handels Hogeschool, yang kemudian tersebut dan membeli cukup banyak buku, karena
disebut Economische Hogeschool, dan sekarang menjadi beliau membayar dengan gulden, harga-harga buku
Universitas Erasmus Rotterdam. Sebelas tahun lamanya ia studi itu murah sekali. Dihitiung dengan gulden, harga itu
di Belanda. sibuk dengan kuliah nya namun juga tak pernah dibagi dengan seratus. Dengan bantuan Universitas
lupa pada perjuangannya meraih kemerdekaan Indonesia. Hamburg, Toko Buku Otto Misser mengirimkan buku-
Hari-harinya juga disibukkan dengan mengurusi banyak buku tersebut ke alamat beliau di Rotterdam. Ketika
organisasi pergerakan indonesia. Beliau masuk organisasi buku tersebut sampai, Bung Hatta dibantu oleh satu
Indische Vereeniging, awalnya organisasi ini bersifat sosial dan petugas gedung untuk mengantarkannya ke kamar
kemudian menjadi organisasi politik, dengan adanya pengaruh beliau di lantai tiga. Lalu beliau menyusun buku-buku
Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes tersebut pada rak, dan panjang barisan buku tersebut
Dekker. Organisasi ini lalu berubah nama menjadi Perhimpunan hampir mencapai 1 m.
Indonesia, dan Bung Hatta menjadi pemimpinannya di tahun
1926. Sebagai akibatnya, beliau terlambat menyelesaikan studi. Kemahiran Bung Hatta dalam berbahasa pun
Bung Hatta juga menjadi bendahara dan mengasuh majalah memberikan banyak manfaat, selain dari kesukaan
Hindia Putera dan lalu berganti nama menjadi Indonesia beliau membaca dan juga dari berbagai tulisan yang
Merdeka. beliau buat telah memberikan keuntungan secara
ekonomi. Pernah suatu kali saat perjalanan kapal
Bung Hatta menguasai berbagai bahasa, diantaranya Inggris, berangkat beliau menuju Belanda, beliau menjadi
Belanda, Prancis, dan Jerman. Kemampuan bahasanya yang pemandu saat kapal berhenti di Kota Marseille (kota
banyak terlihat dengan berbagai koleksi buku dalam berbagai pelabuhan di selatan Prancis). Keluarga Portier, salah
bahasa. Di dalam buku ini, beliau juga bercerita tentang toko- satu penumpang kapal, berkeinginan menjelajah
47