Page 58 - iMagzEd05_2019
P. 58
dengan semua tumbuhan. Ia terhubung dengan semua benda Banyak orang juga mencari Tuhan di luar dirinya. Ini salah.
yang ada. Tuhan ada di dalam hati setiap orang. Tuhan ada di dalam
kesadaran setiap orang. Tuhan ada di “saat ini”.
Ia menggunakan pikirannya hanya pada saat-saat tertentu saja.
Ia tidak akan melihat dirinya sama dengan pikirannya. Ia melihat Segala ritual dan aturan agama hanya ada untuk membantu
dirinya lebih besar dari pikirannya. Ia akan mampu hidup dalam kita menemukan Tuhan di dalam hati kita. Itu semua hanya alat.
aliran yang alamiah dalam hubungan dengan orang lain. Ia tidak boleh menjadi tujuan utama. Di dalam kesadaran akan
“saat ini”, kita akan menemukan surga, Tuhan dan kebahagiaan
Munculnya pikiran membuat orang tak mampu mencintai yang sejati.
sepenuhnya. Sebaliknya, kesadaran “saat ini” sejatinya adalah
cinta tanpa syarat. Ia memberikan tanpa mengharap apapun. Ketika kita sadar sepenuhnya akan “saat ini”, kita akan berhenti
Ia tidak mengikat dan memenjara, melainkan merawat dan berpikir. Kita berhenti menilai. Kita berhenti cemas akan masa
membiarkan untuk berkembang. lalu dan masa depan. Kita akan sepenuhnya sadar.
Dengan kesadarannya akan “saat ini”, orang bisa hidup secara Pada keadaan itu, kita akan menjadi cinta itu sendiri. Cinta sejati
alamiah. Artinya, ia tidak melawan kehidupan, melainkan itu seperti matahari. Ia bersinar untuk semua, tanpa kecuali.
mengalir bersama kehidupan itu sendiri. Ia tidak sibuk menilai, Cinta yang sejati dipancarkan untuk semua, tanpa kecuali.
apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah. Jika orang
sampai pada kesadaran akan “saat ini”, tidak ada tegangan Cinta yang sejati dapat diperoleh, jika orang hidup di “saat
dan penderitaan lagi dalam hidupnya. ini”. Cinta sejati berakar pada kesadaran. Ia tidak dapat hilang.
Ia tidak dapat diambil.
Apapun yang kita lawan pasti akan menguat. Apapun yang kita
tentang dan tolak justru semakin menguasai kita. Sebaliknya, Orang yang hidup di “saat ini” berarti hidup secara asli. Ia tidak
jika kita membiarkan segala sesuatu ada secara alamiah, justru memiliki kepura-puraan. Ia tidak memiliki kemunafikan. Ia tidak
kita akan tidak akan mengalami tegangan dan pertentangan. takut akan penilaian dan definisi dari orang lain. Ia sepenuhnya
Jika kita tidak menolak apapun, maka kita akan bisa mencapai bebas dan damai. Lalu, ia bisa memberikan kedamaian dan
kejernihan pikiran dan kedamaian hati. cinta pada orang lain dengan tulus.
Kita juga sering melihat orang-orang yang suka menjajah orang Banyak orang juga berusaha mencari kebahagiaan. Namun,
lain. Mereka memaksa ingin dipatuhi. Mereka kerap sekali sejatinya, kebahagiaan tidak bisa dicari. Orang yang
bersembunyi di balik agama, aturan hukum. Mereka juga suka mencari kebahagiaan justru tidak akan pernah menemukan
memanfaatkan orang lain, yang tujuannya guna memuaskan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya muncul, jika orang hidup
diri mereka. dengan kesadaran akan “saat ini”. Kesadaran ini sudah ada
di dalam diri manusia. Ia tidak akan bisa hancur, atau diambil
Jadi, orang-orang semacam ini hidup dalam penderitaan yang orang lain.
besar. Mereka menjadi lemah dan menderita, maka mereka
bertindak menindas orang lain. Harapannya, dengan menindas Dunia adalah cerminan dari kesadaran. Sejatinya, tidak ada
orang lain, penderitaan mereka berkurang. Namun, ini tak akan perbedaan antara kesadaran dan dunia. Keduanya adalah satu
pernah terjadi. dan sama. Pikiran dan bahasa yang memisahkan keduanya.
Banyak juga orang yang mengalami kecanduan. Mereka Namun, banyak orang lupa dengan kesadarannya. Mereka
kecanduan narkoba, alkohol, seks, belanja dan sebagainya. sibuk dengan pikirannya. Mereka sibuk menganalisis, menebak,
Mereka seolah tidak dapat hidup, jika tidak memuaskan merencanakan dan mengkhawatirkan segalanya. Ketika pikiran
kecanduannya. Kecanduan, sebenarnya berakar pada ditunda dan dihentikan, kesadaran muncul, yakni kesadaran
penderitaan dan berakhir pada penderitaan juga, jika “saat ini”. Jika kesadaran dicapai, maka dunia tidak lagi
dipuaskan. memiliki masalah dan penderitaan.
Akar dari kecanduan adalah ketidakmampuan untuk hidup di Lalu, apakan pikiran harus dibuang? Apakah kita harus berhenti
“saat ini”. Orang menjadi kecanduan untuk mengobati luka, berpikir? Berhenti berpikir, tidaklah mungkin dilakukan. Berpikir
akibat masa lalunya. Orang menjadi kecanduan, karena ia adalah bagian dari kodrat milik manusia.
cemas akan masa depannya. Ketika ia melepaskan masa lalu
dan masa depannya, ia lalu bisa memasuki kesadaran akan Namun, pikiran tidak boleh menguasai manusia. Manusia
“saat ini”. Di detik itu, kecanduannya hilang. adalah kesadaran dirinya. Ini lebih luas dari pikiran. Pikiran
58 ITENAS MAGAZINE • DESEMBER 2019