Page 6 - Etih_Hartati
P. 6
Orasi Ilmiah Guru Besar Itenas
(c) (d)
Gambar 2. Konfigurasi reactor batch (a), produksi CH4 (b), penyisihan COD
(c) dan perolehan metana (d).
Penelitian tahap ke-dua dilakukan untuk mengoptimasi waktu reaksi dan
mengetahui potensi dari pemulihan limbah cair. Dipilih reaktor Anaerobic
Sequencing Batch Reactor (ASBR) dengan mempertimbangkan konfigurasi
dan operasi yang sederhana. ASBR adalah suatu sistem pengolahan limbah
cair yang menggunakan pendekatan secara anaerob tanpa ketersediaan oksigen.
ASBR bekerja dalam siklus batch, yang dilakukan secara sekuensial dalam
suatu reaktor tertutup. Dalam setiap siklus batch, ASBR mengalami fase
pengisian, reaksi biologis, pemisahan fasa padat-cair, dan pembuangan efluen.
Prosesnya melibatkan mikroorganisme anaerob yang mampu menguraikan
bahan organik dalam limbah cair. Keunggulan utama dari penggunaan ASBR
dalam pengolahan limbah cair adalah kemampuannya untuk menghasilkan
biogas (metana dan karbon dioksida) sebagai produk sampingan dari proses
anaerobik. Biogas dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dan dapat menghasilkan lumpur sebagai pupuk organik.
Pengoperasian pada ASBR menggunakan variasi SA dari penelitian tahap
satu yang menghasilkan COD tertinggi. ASBR terdiri atas tahap pengisian
(fill) selama 2 jam, tahap reaksi (react) divariasikan 4, 5, dan 6 hari, tahap
pengendapan (settle) 1 jam, tahap pengeluaran (decant) 0,5 jam) dan tahap
stabilisasi (idle) 6 hari. Selanjutnya reaktor dioperasikan dengan pengaturan pH
sekitar 6,5-7. Konfigurasi reaktor ASBR seperti gambar 3(a).