Page 5 - IMagz Ed. 03
P. 5
EDITORIAL
KEBERTUBUHAN TEKNOLOGI DAN
DILEMA HUMANISME
Di abad yang semakin canggih dan kompleks, berkomunikasi dan juga banyaknya orang yang
kehadiran teknologi tidak sekedar menjadi alat bantu terlibat dalam komunikasi tersebut dan tidak hanya
bagi manusia tetapi sudah menjadi bagian dari diri dua saja—hingga akhirnya interaksi dan komunikasi
manusia, mengubah hubungan manusia dengan manusia menjadi cukup hanya dengan termediasi
alam, dengan masyarakat dan bahkan dengan dirinya layar, jejaring internet, simbol-simbol dan emotikon-
sendiri. Di tengah transformasi besar ini, segala hal emotikon. Informasi di seluruh dunia bisa digali dari
berubah. Humanisme memandang manusia, sebagai sebuah layar mini. Sebuah bentuk komunikasi massa
mahluk yang memiliki potensi dan memiliki kebebasan yang sangat spektakuler dengan nilai-nilai yang sangat
untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Sains, informatif. Interaksi antarmanusia pun semakin luas
sebagai bagian peradaban, memberi ruang bagi dan canggih. Terjadi perubahan yang relasi antara
manusia untuk membentuk dunianya berkenaan manusia dengan media dimana pembentukan budaya
dengan penyelesaian atas persoalan-persoalan yang yang heterogen bisa menjadi homogen. Tidak hanya
bersifat empirik, nyata, pasti, objektif, dan universal. pencitraan tetapi sudah mengarah ke gengsi dan
Spektrum persoalan-persoalan ini, nyaris membias hiper-realitas dalam melakukan interaksi.
dalam seluruh kehidupan sains modern. Dampak
lebih jauh dari perkembangan modernitas adalah Meski demikian, bergulat dia ntara dilema
semakin melumernya sistem nilai tradisional, serentak Humanisme yang terus mendialogkan dirinya
semakin terkikisnya kekuatan personal manusia yang dalam diskursi besar Sains dan Teknologi, Institut
digantikan oleh kekuatan mesin. Otonomi subyek Teknologi Nasional tetap berupaya mengoptimalisasi
dan pengutamaan rasionalitas menjadi kekuatan konsep manusia yang dalam pandangan Humanisme
yang sangat represif, memaksa, dan mendominasi. berperan untuk dapat memanusiakan dirinya secara
Dengan kata lain di bawah kekuatan rasio dan layak sesuai martabatnya; tak semata terjebak
otonomi subyek, manusia justru ditindas dan dijajah. dalam pusat rasionalitas yang saat ini berkembang
Budaya berubah di bawah kondisi global. Waktu dalam wujud Hyperspace; ruang yang benar-benar
yang berbeda dan kesinambungan ada bersebelahan hibrida dan tidak bermoral di mana segala sesuatu
dalam hiperkultur - sebuah medan global yang saling bercampur dan berjejaring dengan yang
berwujud ‘alam semesta mosaik’. Tidak adanya lain, ruang di mana penanda budaya dan teritorial
aturan memungkinkan dampak luas, mesin melalui telah dihapus; namun selaras dengan percepatan
jejaring tanpa batas sebagai wujud perkembangan rasionalisme-positivistik, juga tetap meyakini dan
teknologi membuka cakrawala bersama terurai dalam terus menumbuhkan kepekaan sosial bahwa The
berbagai identitas dan ide yang berbeda, melahirkan Future of Mind, adalah ketika tetap ada peran-
keterlibatan tunggal, suatu kontinum diskontinuitas. peran manusia, interaktivitas nyata dengan totalitas
penghayatan dan nilai auratik yang utuh yang tak
Komunikasi yang awalnya berjalan dengan dua orang dapat tergantikan oleh kecerdasan buatan.***
mengalami pergeseran menjadi kemajemukan dalam
5