Page 4 - orasi_gubes_2024
P. 4
efisiensi biaya yang lebih baik untuk pengoperasian pembangkit listrik
biogas adalah sekitar 35 – 38oC (mesofilik) atau 55 – 58oC (termofilik).
Mesofilik memberikan waktu retensi hidrolik (HRT) antara 25 – 35 hari
dan termofilik 15 – 25 hari [3].
Bahan baku produksi biogas di Indonesia sebagian besar berasal
dari kotoran hewan, limbah pertanian termasuk industri pertanian
seperti limbah pabrik kelapa sawit (POME), sampah kota (MSW) dan
tempat pembuangan akhir (TPA). Sebagian potensi biomassa dapat
dikonversi menjadi biogas. Diperkirakan potensi biogas dari POME di
Indonesia sekitar 730 MWe pada tahun 2023 [4]. Sedangkan potensi
energi biomassa Indonesia diperkirakan: 49.810 MW (50 GW) yang
berasal dari perkiraan produksi 200 juta ton biomassa/tahun dari
residu pertanian, kehutanan, perkebunan dan limbah padat/sampah
kota, sementara daya terpasang: hanya 1.716,5 MW atau sekitar
3,45% saja. Itu berarti pemanfaatan biomassa untuk energi listrik
masih sangat sedikit [5].
Sumber biogas yang sangat potensial adalah limbah dari pengolahan
sawit. Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia
dengan areal sekitar 14,03 juta Ha (Feb 2018) (milik rakyat / Perkebunan
rakyat 35,64%, Negara (PTPN) 12,74%, swasta asing 1,54%, sisanya
swasta nasional/lokal 50,08%). Produksi CPO sekitar 37,8 juta ton
(2018) terdiri atas milik rakyat 13,47juta ton, Negara 4,81juta ton, dan
swasta 19,52juta ton. Jumlah pabrik minyak kelapa sawit sekitar 608.
Residu berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sekitar 27,5 juta
ton basah (1 ton TBS/Tandan Buah Segar menghasilkan 200 kg CPO,
limbah TKKS 250 kg, dan limbah cair 0,5 m3). Masih ada limbah sawit
lain, seperti pelepah 4%, cangkang 6,5%, serat 13% [5].
Secara umum Indonesia mempunyai potensi energi bio baik biomassa
maupun biogas yang cukup menjanjikan. Berikut 1 ini adalah table
4