Page 6 - orasi_gubes_2024
P. 6
Biomass/ Biofuel Potensi Biogas Total
No. Provinsi
(MW) (MW) (MW)
30 Papua Barat 50,8 4,1 54,9
31 Maluku Utara 27,5 7,0 34,5
32 Maluku 23,6 9,0 32,6
33 Kepulauan Riau 11,6 4,3 15,9
Total 30.051,2 2.602,6 32.653,8
Keluaran biogas sangat bergantung pada jumlah dan kualitas limbah
organik yang dipasok. Untuk pupuk kandang, keluaran gas biasanya
14 – 14,5 m3 metana per ton, sedangkan keluaran gas biasanya 30 –
130 m3 metana per ton untuk limbah industri [6].
Produksi biogas dari POME melibatkan beberapa tahap proses
mikrobiologi: hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan
metanogenesis. Proses-proses ini mengubah unsur-unsur POME
yang tersisa dari karbohidrat, asam lemak, dan protein menjadi CH4
dan CO2 oleh gugus aksi mikroorganisme. Efisiensi proses ini sangat
dipengaruhi oleh konsorsium mikroorganisme dan faktor lingkungan,
seperti pH, suhu, nutrisi, kondisi pencampuran, keseimbangan
kimia, tekanan, waktu retensi hidrolik, dan juga keberadaan bahan
penghambat [7, 8]. Produksi biogas dari POME dapat dilakukan secara
aerobik atau anaerobik. Digester aerobik memiliki laju pertumbuhan
mikroba yang tinggi yang mengarah pada waktu retensi yang lebih
rendah selama produksi biogas, sedangkan proses pengolahan
anaerobik ditandai dengan pertumbuhan mikroba yang lambat dan
waktu retensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses aerobik.
Namun, metode anaerobik dianggap lebih efektif dalam hal biaya dan
konversi menjadi produk yang bermanfaat . Biogas yang dihasilkan
dari POME diketahui memiliki potensi yang baik untuk pembangkitan
listrik menggunakan mesin gas. Produksi biogas dari POME berkisar
antara (20 hingga 28) m 3 biogas CH4 m -3 [7, 8]. Pada dasarnya, 28
6